Sulut Times, Minahasa : Sejujurnya keunikan Kota Tondano bisa menjadi “Blessing in Disguise” buat Ibu Kota Minahasa.
Terutama buat parawisata dengan menjadikan sebagai Kota Tua Tondano.
Misalnya mempertahankan bangunan – nonhuman rumah yang sudah berusia diatas 50 tahun atau lebih.
Di halaman rumah tua yang dipertahankan dan ditanami bunga warna warni seperti tempo doeloe.
Kuala Tondano digali kemudian dibuat jalan disepanjang “Teberan” dan dibuat atraksi yg menarik.
Pasar bawah Tondano dan Pasar Atas dibenahi.
Jalan memanjang di Touliang dan Toulimambot peninggalan Inggris ditata lagi.
Kesepian lalu lintas di Tondano dimanfaatkan sebagai kota hijau dan mengajak masyarakat untuk menjadikan Tondano sebagai Kota Sepeda.
Dirikan sanggar kesenian yang mempertunjukan kolintang, musik bambu, kabasaran, maengket dll.
Di Danau Tondano dibuat wista air kemudian Pulau Likri diperbesar dan disana didirikan gereja Oikumene.
Di Benteng Moraya diadakan pertunjukan tentang Perang Tondano serta kisah terjadinya Danau Tondano dan rasanya masih banyak ide lain yang bisa dibuat.
Jalan, hotel dan lain – lain hanya jadi penunjang, benahi objek wisata dan tingkatkan kesadaran masyarakat untuk sadar pentingnya parawisata.
Komentar