Sulut Times, Manado: Sejak hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021, KRI Nanggala-402 sedang melakukan latihan penembakan torpedo di Laut Bali. Saat itu, kapal selam ini membawa 53 awak. KRI Nanggala kemudian dinyatakan tenggelam pada Sabtu, 24 April 2021 oleh TNI AL setelah ditemukannya puing-puing yang diduga berasal dari kapal selam tersebut.

Dan pada 24 April, TNI AL mengumumkan bahwa Nanggala dinyatakan tenggelam. Salah satu korban tenggelamnya KRI Nanggala 402 adalah Tou Minahasa LETDA LAUT (T) RHESA TRI UTOMO SIGAR. Letda Rhesa diketahui masih berkerabat dengan Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto. Oma dan opa (kakek-nenek, red) Letda Rhesa, adalah Leentje Rumbay dan Willem Theodorus Sigar. Leentje Rumbay diketahui asal Papakelan, Tondano, Kabupaten Minahasa. Sementara Willem Theodorus Sigar adalah sepupu Dora Sigar, ibu Menhan Prabowo.Letda Rhesa diketahui merupakan bungsu dari tiga dari bersaudara, anak pasangan Letkol (Inf) Simson Godfried Sigar dan Indah Sigar.

Letkol Simson diketahui adalah salah satu anggota TNI yang gugur dalam peristiwa kecelakaan helikopter di Timor Timur (Timtim), 4 Juni 1998. Selain Letkol Simson yang kala itu menjabat Kepala Seksi Operasi (Kasiops) Korem 164/Wira Dharma Dili, 11 anggota TNI lain ikut gugur dalam peristiwa tersebut. Termasuk Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Yudomo Sastrosoehardjo dan Danrem 164/WD Kol (Inf) Salamat Sidabutar.

Sebelumnya, seperti dirangkum media ini telah ditemukan puing-puing berupa pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, pelumas periskop, dan alat salat. Puing-puing tersebut diduga berasal dari KRI Nanggala karena ditemukan hanya sejauh 10 mil laut (19 km; 12 mi) dari titik kontak terakhir dan tidak ada kapal lain yang berada di area tersebut.
Pada 25 April, TNI AL menyatakan bahwa 53 jiwa yang berada di KRI Nanggala gugur. Pemindaian yang dilakukan oleh KRI Rigel menunjukkan beberapa bagian kapal selam, termasuk kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, dan baju keselamatan awak kapal MK11. ROV dari MV Swift Rescue juga mendapatkan kontak visual bangkai kapal dan menemukannya terbelah menjadi tiga bagian. Bangkai kapal berada di koordinat 7°48′S 114°51′E pada kedalaman 838 meter, jauh di bawah kedalaman operasi maksimumnya yakni 500 meter.
KRI Nanggala (402) merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur. Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Nanggala dalam jajaran TNI AL dan termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut. Nama Nanggala berasal dari nama senjata milik Prabu Baladewa dalam cerita pewayangan.
Berikut daftar 53 nama penumpang & awak kapal selam Nanggala-402 yang hilang di Bali

- Letkol Laut (P) Heri Oktavian
- Mayor Laut (P) Eko Firmanto
- Mayor Laut (T) Wisnu Subiyantoro.
- Kapten Laut (E) Yohanes Heri
- Kapten Laut (P) I Gede Kartika
- Lettu Laut (P) Muhadi
- Lettu Laut (P) Ady Sonata
- Lettu Laut (P) Imam Adi
- Lettu Laut (T) Anang Sutriatno
- Letda Laut (E) Adhi Laksmono
- Letda Laut (P) Munawir
- Letda Laut (T) Rhesa Tri
- Letda Laut (T) Rintoni
- Letda Laut (P) M Susanto
- Serka Bah Ruswanto
- Sertu Bah Yoto Eki Setiawan
- Sertu Ttu Ardi Ardiansyah
- Sertu Kom Achmad Faisal
- Sertu Kom Willy Ridwan Santoso
- Sertu Eko M Rusdiyansyah
- Sertu Eki Ryan Yogie Pratama
- Sertu Mes Dedi Hari Susilo
- Serda Bah Bambang Priyanto
- Serda Kom Purwanto
- Serda Kom Eko Prasetiyo
- Serda Ttu Harmanto
- Serda Ttu Lutfi Anang
- Serda Atf Dwi Nugroho
- Serda Ede Pandu Yudha Kusuma
- Serda Eta Misnari
- Serda Saa Setyo Wawan
- Serda Lis Hendro Purwoto
- Serda Mes Guntur Ari Prasetyo
- Serda Lis Diyut Subandriyo
- Serda Lis Wawan Hermanto
- Serda Lis Syahwi Mapala
- Serda Lis Wahyu Adiyas
- Serda Lis Edi Wibowo
- Kopda Eta Kharisma D.B
- Kopda Tlg Nugroho Putranto
- Kopda Mes Khoirul Faizin
- Kopda Trb Maryono
- Klk Eta Roni Effendi
- KLK Eta Distriyan Andy P
- KLS Isy Raditaka Margiansyah
- KLS Isy Gunadi Fajar R
- KLS Nav Denny Richi Sambudi
- KLS Mes Muh Faqihudin Munir
- KLS Nav Edy Siswanto
- Kolonel Laut (P) Harry Setyawan (Non ABK)
- Letkol Laut (E) Irfan Suri (Non ABK)
- Mayor Laut (E) Whilly (Non ABK)
- Suheri –PNS (Non ABK)

SEJARAH KRI NANGGALA 402
KRI Nanggala dipesan oleh pemerintah Republik Indonesia pada 2 April 1977. Pembuatan KRI Nanggala merupakan bagian dari pinjaman senilai 625 juta dolar Amerika Serikat dari Jerman kepada Indonesia. Sebesar 100 juta dolar AS dari pinjaman tersebut digunakan untuk membuat KRI Nanggala dan KRI Cakra. Kapal ini didesain oleh Ingenieurkontor di kota Lübeck, dibuat oleh Howaldtswerke, Kiel, dan dijual oleh perusahaan Ferrostaal di Essen. Pembuatan kapal dimulai pada bulan Maret 1978 dan diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada tanggal 6 Juli 1981. KRI
Nanggala pertama kali ditunjukkan ke masyarakat umum saat hari ulang tahun TNI ke-36 pada 5 Oktober 1981. dan diresmikan penggunaannya oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Mohammad Jusuf pada 21 Oktober 1981 di Dermaga Ujung Surabaya.
KRI Nanggala pernah melakukan perbaikan di Howaldtswerke dan selesai pada 1989. Sekitar dua dekade kemudian, kapal selam ini kembali menjalani perbaikan penuh dengan biaya US$63.7 juta selama dua tahun di Korea Selatan. Perbaikan tersebut dilakukan oleh Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) dan selesai pada Februari 2012. Pada perbaikan ini, sebagian struktur atas kapal diganti dan sistem persenjataan, sonar, radar, kendali tempur, dan propulsi dimutakhirkan. Setelah perbaikan, KRI Nanggala mampu menembakkan empat torpedo secara bersamaan menuju empat target yang berbeda dan meluncurkan misil antikapal seperti Exocet atau Harpoon. Selain itu, kedalaman selamnya bertambah menjadi 257 meter (843 ft) dan kelajuan maksimumnya dinaikkan dari 21,5 knot (39,8 km/h) menjadi 25 knot (46 km/h). Sekitar lima tahun kemudian, KRI Nanggala dilengkapi dengan sistem echosounder KULAÇ buatan ASELSAN.
Kapal selam ini mendapatkan tenaga dari motor listrik Siemens jenis low-speed disalurkan langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui sebuah shaft ke baling-baling kapal. Total daya yang dikirim adalah 5000 shp (shaft horse power), tenaga motor listrik datang dari baterai-baterai besar yang beratnya sekitar 25% dari berat kapal. Tenaga baterai diisi oleh generator yang diputar dengan 4 buah mesin diesel MTU jenis supercharged. Senjata terdiri dari 14 buah torpedo 21 inci/533 mm dalam 8 tabung buatan AEG dan diincar melalui periskop buatan Zeiss yang diletakkan disamping snorkel buatan Maschinenbau Gabler.
KRI Nanggala memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1 shaft menghasilkan 4,600 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot. Diawaki oleh 34 pelaut. KRI Nanggala mempunyai sonar dari jenis CSU-3-2 suite.
Riwayat Penugasan
1990-an
Pada April hingga Mei 1992, KRI Nanggala ditugaskan untuk sebuah misi intelijen di Samudra Hindia. Pada Agustus hingga Oktober 1999, Nanggala kembali ditugaskan dalam sebuah misi intelijen di Timor Timur. Misi tersebut dilakukan bersama KRI Cakra (401) untuk melacak pergerakan Pasukan Internasional untuk Timor Timur (INTERFET) setelah mereka mendarat di sana.
2002
Pada 27 Mei—3 Juni 2002, KRI Nanggala dilibatkan dalam latihan gabungan TNI AL dan Angkatan Laut Amerika Serikat dengan nama sandi CARAT-8/02. CARAT (Cooperation Afloat Readiness and Training) adalah bantuan latihan militer Amerika Serikat terhadap militer negara sahabat di Asia Tenggara. Latihan CARAT ini berlangsung di perairan Laut Jawa, Selat Bali dan Situbondo.
2004
Dalam Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia, tanggal 8 April hingga 2 Mei 2004, KRI Nanggala berhasil menenggelamkan eks KRI Rakata, sebuah kapal tunda samudera buatan 1942, menggunakan torpedo SUT.
2005
Pada 8 April 2005, di tengah konflik sengketa blok Masela, KRI Tedong Naga (819) dari Indonesia terpaksa menyerempet Kapal Diraja Rencong milik Angkatan Laut Malaysia di Nunukan, Kalimantan Timur. Hal itu dilakukan karena KD Rencong melakukan manuver-manuver yang dianggap membahayakan pembangunan mercusuar Karang Unarang. Pada Mei 2005, KRI Nanggala ditugaskan menuju kawasan tersebut untuk berjaga-jaga apabila terjadi keadaan yang mendesak. Selain itu, KRI Nanggala juga ditugaskan untuk “mengintai, menyusup, dan memburu sasaran-sasaran strategis”.
2012
Pada 28 hingga 29 Agustus 2012, KRI Nanggala diikutsertakan dalam sebuah latihan gabungan bersama kapal selam Amerika Serikat bernama USS Oklahoma City. Latihan tersebut juga diikuti oleh KRI Diponegoro (365) dan sebuah helikopter Bölkow-Blohm.
(Dari berbagai Sumber)
Komentar