Demam Babi Afrika Ancam Masyarakat Sulut

Sulut Times, Manado : Ancaman African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika harus menjadi perhatian serius semua pihak terkait di Sulawesi Utara, meskipun hingga saat ini belum ditemukan kasus babi mati akibat virus tersebut di daerah ini

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Agus Sunanto mengatakan, ada beberapa alasan yang menyababkan seluruh komponen masyarakat di Bumi Nyiur Melambai harus mewaspadainya.

banner 970x250

Pertama, Sulut berbatasan langsung dengan Filipina. Negara tetangga di utara Indonesia ini telah ditemukan sejumlah kasus ASF pada September lalu.

“Kemudian, ada juga penerbangan langsung Manado-Davao PP,” ujar Agus dalam Sosialisasi dan FGD Simulasi Introduksi ASF di Swiss Belhotel Maleosan Manado, Selasa (19/11/2019).

Baca Juga  Empat Skema Insentif bagi Petani dan Nelayan untuk Jaga Ketersediaan Bahan Pokok

Alasan berikutnya ialah terdapat sejumlah penerbangan langsung dari negara-negara positif ASF, di antaranya Tiongkok. Selain Tiongkok dan Filipina, negara yang tertular ASF, Korea Selatan, Vietnam, Jepang dan Timor Leste.

Kedatangan wisman dalam jumlah besar dari Tiongkok juga menjadi potensi penyebar ASF. Begitu juga, para wisman ini membawa makanan yang juga bisa menjadi perantara virus ASF.

“Kemudian, peternakan babi di Sulut banyak dan menyangkut hajat hidup sebagian besar warga,” katanya.

Karena itu, tambah Sunanto, pengawasan di pintu-pintu masuk perlu diperketat. Secara khusus terhadap sampah makanan yang dibawa penumpang dan sisa katering dalam pesawat dari negara positif ASF.

Ia menjelaskan, skenario masuknya ASF beragam. Mulai dari pemasukan babi secara ilegal melalui jalan darat, penyeludupan daging, sisa makanan yang dibawa penumpang atau katering dalam pesawat atau bisa juga melalui orang yang pakaian dan bawaannya terpapar virus tersebut.

Baca Juga  Tim Penerangan Hukum Sambangi Kec. Bunaken, Mallaka : Dana Kelurahan Dikelola Sesuai Ketentuan

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulut, Novly Wowiling mengatakan, ASF perlu diwaspadai karena sejauh ini belum ada vaksin atau obat yang bisa melawannya.

Apalagi, tingkat kematian yang disebabkan virus ini 100 persen. Sangat berbahaya bagi SulutNovly Wowiling

Sebutnya lagi, populasi babi di Sulut mencapai 490 ribu. “Bisa dibayangkan dampak ekonomi dan sosial jika virus ini menyebabkan wabah di Sulut,” katanya.

Termasuk sektor pariwisata, akan terkena dampak langsung. “Kami berkoordinasi dengan para pihak, bagaimana membangun bio security bersama. Peternak pun diharapkan menjaga kesehatan ternak dan lingkungan peternakannya,” jelasnya.

Kepala Balai Karantina Pertanian Manado, Junaidi mengatakan, sosialisasi itu dimaksudkan membangun kesadaran para pihak.

Junaidi berharap setelah ini terbangun sinergitas di antara pemangku kepentingan mencegah ASF. “Tujuan kita tentu agar jangan sampai ada ASF di Sulut. Karantina tak bisa sendiri, peternak juga begitu. Makanya kita cegah bersama-sama,” tukasnya.

(Visited 5 times, 1 visits today)

Komentar