Oleh: Ronald Munthe
Sulut Times, Manado – Gemas terhadap fluktuatif harga tomat di Sulawesi Utara (Sulut) yang cenderung semakin meningkat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut membentuk satuan tugas (satgas) yang bertugas menangani para spekulan yang ada di pasaran.
Assisten Dua Bidang Ekonomi Sekdaprov Sulut Praseno Hadi membenarkan infomasi tersebut. “Jadi memang sudah ada satgas yang dibentuk untuk mengatasi permainan harga di pasaran. Jadi kami mengingatkan bagi para spekulan, untuk berhenti melakukan spekulasi harga yang hanya menguntungkan pihak tertentu tapi merugikan petani dan masyarakat,” tegas Hadi yang dihubungi, Selasa (10/12).
Hadi yang juga menjabat sebagai sekretaris Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memastikan, fokus utama TPID saat ini adalah untuk menstabilkan kembali harga tomat sayur dan bahan makanan lain di pasaran menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Kami rutin melakukan operasi pasar sepanjang Desember ini. Intinya, kami ingin memastikan ketersediaan bahan makanan mencukupi dan harganya juga normal. Tujuannya supaya inflasi di Sulut pada Desember ini bisa ditekan,” tegas mantan Kepala Inspektorat Sulut ini.
Sementara, Kepala Perwakilan BI Sulut Arbonas Hutabarat menekankan operasi pasar yang dilakukan lebih memfokuskan pada penjualan tomat sayur, yang merupakan komuditas penyumbang inflasi terbesar November kemarin. Dia menyebutkan, harga tomat sayur yang dijual seyogyanya berkisar Rp6.000 sampai Rp8.000 per Kilogram (Kg), agar tidak terlalu merugikan petani.
“Yang normal harganya Rp4.000 sampai Rp6.000 per Kg. Tapi karena sekarang ini bulan Desember, petani pun ingin merasakan keuntungan lebih dari biasanya. Sehingga tomat yang dijual dalam operasi pasar berada di sekitaran Rp8 ribu per Kg, agar petani tidak rugi,” sebut Arbonas di Manado, Selasa (10/12).
Arbonas optimistis, jika harga tomat sayur bisa dikendalikan, maka inflasi Desember akan turun. “Kuncinya ada di tomat sayur. Jika harganya bisa normal, maka inflasi bisa dicegah,” tegasnya.
Komentar